Senin, 19 April 2010

Biografi John Dewey


BIOGRAFI SINGKAT JOHN DEWEY
John Dewey lahir di Burlington, Vermont tanggal 20 Oktober 1859. Dewey adalah Bapak Pendidikan Amerika (Yusufhadi, 2005),karirnya di bidang filosofi dimulai setelah lulus tahun 1879. Tahun 1884 Dewey mendapat gelar doctor dari John Hopkins University dengan disertasi tentang filsafat Kant. Sebagian besar kehidupannya duhabiskan dalam dunia pendidikan dan diterima mengajar di University of Michigan(1884-1894).
Tahun 1899, Dewey menulis buku tentang berjudul The School and Sociaty, yang memformulasikan metode dan kurikulum sekolah yang membahas tentang pertumbuhan anak dan membantu mendirikan sekolah baru bagi Social Research di New York.
Tahun 1894 Dewey berpindah tugas ke University of Chicago dan menjadi kepala jurusan filsafat, psikologi dan pendidikan. Di sini, Dewey mengembangkan aliran Pragmatisme bersama dengan Charles Sanders Peirce dan William James, di universitas ini pulalah Dewey memperoleh gelar Profesor of Philosophy pada tahun yang sama.
Tahun 1904 Dewey berpindah ke Columbia University diDepartment of Philosophy hingga purna tugas. Gagasan filosofis Dewey yang terutama adalah problem pendidikan yang kongkrit, baik yang bersifat teori maupun praktek. Reputasinya terletak pada sumbangan pemikirannya dalam filsafat pendidikan progresif di Amerika.
Dewey akhirnya meninggal dunia tanggal 1 Juni 1952. Sepanjang hidup dan karirnya, Dewey telah banyak menulis buku maupun artikel mengenai teori pengetahuan dan metafisika, serta pendidikan. Buku yang paling penting adalah How We Think (1910) dan Democracy and Education(1916) merupakan karya yang fenomenal, Freedom and Cultural, art and Eksperience, The Quest of Certainty Human Nature and Conduct (1922),Experience and Nature (1925) (http://www.iep.utm.edu).
                       PEMIKIRAN DEWEY TENTANG PENDIDIKAN
Pemikirannya banyak dipengaruhi oleh teori evolusi dari Charles Darwin. Yang mengajarkan bahwa hidup adalah suatu proses, dimulai dari tingkatan yang terendah berkembang, maju dan meningkat. Hidup tidak statis melainkan dinamis. Menurutnya dunia ini penciptaannya belum selesai, segala sesuatunya akan mengalami perubahan, tumbuh dan berkembang tiada batas dan tidak ada finalnya.
John Dewey adalah salah satu pendiri aliran pragmatisme yang menganggap kegiatan belajar adalah kegiatan yang aktif. Aliranpragmatisme disebut juga instrumentalisme atau eksperimentalisme untuk membedakan dengan tokoh penganut aliran yang sama.
Instrumentalisme karena menganggap bahwa dalam hidup ini tidak dikenal tujuan akhir, melainkan hanya tujuan antara dan sementara yang merupakan alat untuk mencapai tujuan berikutnya daneksperimentalisme karena menggunakan metode eksperimen dan berdasarkan atas pengalaman dalam menentukan kebenarannya. Pengalaman adalah salah satu kunci filsafat instrumentalism. Pengalaman merupakan keseluruhan aktivitas manusia yang mencakup segala proses yang saling mempengruhi antara organisme hidup dalam lingkungan fisik dan sosial.
Filsafat instrumentalisme Dewey dibangun berdasarkan asumsi bahwa pengetahuan berpangkal dari pengalaman-pengalaman yang bergerak dan bergerak kembali menuju pengalaman, untuk menyusun kembali pengalaman-pengalaman tersebut diperlukan pendidikan yang merupakan transformasi yang terawasi pengdari keadaan yang tidak menentu kearah keadaan tertentu .
Aliran Pragmatisme Dewey yakin bahwa akal manusia aktifselalu ingin meneliti, tidak pasif dan tidak begitu saja menerima pandangan tertentu sebelum dibuktikan kebenarannya secara empiris. Pikirin tidak bertentangan dan tidak terpisah dari dunia, melainkan merupakan bagian dari dunia. Pengetahuan sebagai transaksi antara manusia dan lingkungannya dan kebenaran merupakan bagian dari pengetahuan.
Manusia dalam kehidupannya memerlukan alat untuk memecahkan masalah-masalah tersebut yang selalu akan muncul karena pengalaman pada dasaranya selalu berubah. Uyoh (2007) mengatakan bahwa alat untuk memecahkan masalah tersebut adalah pengetahuan-pengetahuan tentatif atau hipotesis.
Dalam dunia pendidikan utamanya pendidikan yang berlangsung disekolah, Dewey berpendapat bahwa sekolah tidak perlu ditempuh dalam waktu yang lama dan ketat. Idenya siswa datang ke sekolah untuk melakukan kegiatan, untuk mendapatkan sesuatu yang berguna bagi hidup di masyarakat. Apa yang diberikan di sekolah haruslah sesuatu yang nyata yang nantinya dapat dipraktekkan dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai contohnya, pelajaran matematika dapat disampaikan dengan cara yang menyenangkan seperti dilakukan dengan memasak atau berbelanja di pasar atau toko (http://wilderdom.com).
Penyampaian materi dengan praktek langsung di sekolahmenurut Dewey akan lebih mudah dipahami oleh pebelajar. Hal ini sejalan dengan yang dikatakannya yaitu “Education is life itself”.
Pendapat Dewey juga bahwa pendidikan merupakan proses sosial dimana anggota masyarakat yang belum matang (terutama anak-anak) diajak ikut berpartisipasi dalam masyarakat. Tujuan pendidikan adalah memberikan kontribusi dalam perkembangan pribadi dan sosial seseorang melalui pengalaman dan pemecahan masalah yang berlangsung secara reflektif (Reflective Thinking).
Dewey dan Peirce memiliki pemikiran bahwa suatu ide itu benar apabila berakibat memberi kepuasan jika diuji secara objektif dan ilmiah. Untuk memecahkan masalah-masalah sosial dan perorangan yang paling penting, diharapkan menerapkan logika sains pada pengalaman yang problematis.
John Dewey dalam menerapkan konsep pragmatisme secara eksperimental dalam memecahkan masalah dengan 5 langkah utama yaitu:
  1. Adanya suatu kesulitan yang dirasakan.
Kesulitan mungkin dirasakan dengan adanya kepastian yang memadai, sehingga hal ini menyebabkan akal budi memikirkan pemecahannya yang mungkin atau menimbulkan kegelisahan atau kejutan yang tidak jelas sehingga baru kemudian mencetuskan upaya yang pasti untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Pada langkah ini pebelajar mempunyai pengalaman langsung dari keterlibatannya artinya dalam tahap ini, pebelajar merasakan adanya permasalahan setelah mengalami langsung situasi belajar.
  1. Menentukan letak dan batas kesulitan
Langkah ini menuntun pebelajar untuk berfikir kritis yang terkendali dan pemikiran yang tidak terkendali. Berdasarkan pengalaman pada langkah pertama tersebut pebelajar mempunyai masalah khusus yang merangsang pikirannya, dalam langkah ini pebelajar mencermati permasalahan dan timbul upaya mempertajam masalah sampai pada menentukan faktor-faktor yang diduga menyebabkan timbulnya masalah.
  1. Saran pemecahan yang mungkin
Pebelajar mempunyai atau mencari informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut, dalam langkah ini pebelajar memikirkan dan merumuskan penyelesaian masalah dengan mengumpulkan data-data pendukung.
  1. Pengembangan melalui penalaran dari langkah ketiga
Pada langkah ini pebelajar mengembangkan berbagai kemungkinan dan solusi tentatif untuk memecahkan masalah, pebelajar berusaha untuk mengadakan penyelesaian masalah dengan memunculkan hipotesis penyelesaian masalah
  1. Melakukan pengamatan dan percobaan lebih lanjut
Pada langkah kelima mengarahkan pada penerimaan atau penolakan kesimpulan mengenai keyakinan atau kesangsian. Artinya pebelajar menguji kemungkinan dengan jalan menerapkannya untuk memecahkan masalah sehingga pebelajar menemukan sendiri keabsahan temuannya, pebelajar mencoba menyelesaikan permasalahan dengan menguji hipotesis yang sudah disusunnya dan kemudian menarik kesimpulan. Menguji hipotesis dilakukan dengan eksperimen, pengujian dan perekaman data di lapangan. Data-data dihubungkan satu dengan yang lain agar nantinya ditemukan keterkaitan antar data tersebut dengan melakukan analisis.Berdasarkan analisis data tersebut kemudian ditarik kesimpulan yang mendukung atau menolak hipotesis (Yusufhadi, 2005 :129).
Dari langkah di atas, Dewey berusaha menyusun suatu teori yang logis dan tepat berdasarkan konsep, pertimbangan, penyimpulan dalam bentuknya yang beraneka ragam, dalam arti alternatif. Menurutnya apa yang dikatakan benar adalah apa yang pada akhirnya disetujui oleh semua orang yang menyelidikinya. Jadi menurut Dewey, kesimpulan penelitian yang dihasilkan haruslah berlaku secara umum tidak hanya untuk kasus tertentu saja.
Kegiatan berpikir timbul karena adanya gangguan terhadap situasi yang menimbulkan masalah bagi manusia (langkah 1,2) untuk memecahkannya disusun hipotesis sebagai bimbingan bagi tindakan berikutnya. Dewey menegaskan bahwa berpikir ilmiah merupakan alat untuk memecahkan masalah, yang kemudian disebut metode ilmiah. Metode ilmiah tersebut oleh Dewey disebut dengan reflective thinking.Langkah-langkah metode ilmiah menurut Nana (2007) adalah sebagai berikut:
  1. Mengidentifikasi masalah
  2. Merumuskan dan membatasi masalah
  3. Menyusun hipotesis
  4. Mengumpulkan dan menganalisis data
  5. Menguji hipotesis dan menarik kesimpulan
                       SUMBANGAN PEMIKIRAN DEWEY
Tugas filsafat adalah memberikan garis-garis pengarahan bagi perbuatan dalam kenyataan hidup. Filsafat harus berpijak pada pengalaman dan meneliti serta mengolah pengalaman tersebut secara kritikal. Implikasi teori epistemology terhadap pendidikan, khususnya dalam proses belajar mengajar di sekolah, guru harus menyusun situasi belajar di sekitar masalah khusus, yang pemecahannya diserahkan kepada siswa.
Pemuda merupakan pelajar alami, karena secara alamiah mereka ingin tahu, ingin mengadakan eksplorasi terhadap lingkungan tempat dia tinggal. Anak akan lebih banyak belajar dari apa yang mendorong dia untuk meneliti dan menarik perhatiannya. Guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk 1) belajar apa yang ia ingin ketahui, 2) selalu ingin mengetahui yang berkatian dengan pelajaran, seperti sains, bahasa, sejarah, dll.
John Dewey merupakan tokoh pragmatisme yang secara eksplisit membahas pendidikan, dan secara sistematis menyusun teori pendidikan yang didasarkan atas filsafat pragmatisme. Menurutnya ada dua teori pendidikan yang saling bertentangan yaitu paham konservatif dan unfolding theory.
Teori konservatif mengemukakan bahwa pendidikan adalah sebagai suatu pembentukan terhadap pribadi anak tanpa memperhatikan kekuatan-keluatan atau potensi-potensi yang ada dalam diri anak. Dalam proses belajar anak seabagi siswa harus diberi kebebasan dan harus aktif artinya tidak hanya menerima pengetahuan yang diberikan guru, begitu pula guru harus menciptakan suasana agar siswa senantiasa haus akan pengetahuan. Namun kenyataan yang ada pendidikan yang menentukan segalanya. Pendidikan merupakan proses pembentukan jiwa dari luar, dimana mata pelajaran telah ditentukan menurut kemauan guru, sehingga siswa tinggal menerima saja. Dalam hal ini Dewey berpandangan sebagai berikut:
“It is rather formation of mind by setting up certain associations or connection of content by means of a subject matter presented from without. Education proceeds by instruction taken a strictly liberal sense, a building into the mind from without.”
Unfolding theory berpandangan bahwa anak akan berkembang dengan sendirinya karena ia telah memiliki kekuatan-kekuatan laten dimana perkembangan anak telah memiliki tujuan yang pasti. Pendapat Dewey dikutip dari Uyoh (2007) adalah sebagai berikut:
“ Development is conceived not as continous growing, but as unfolding of latent powers toward a definite goal. The goal is conceived of as completion, perfection.”
Dewey dalam Uyoh (2007) menyampaikan bahwa pendidikan itu penting karena.
  1. Pendidikan merupakan kebutuhan untuk hidup
Pendidikan merupakan kebutuhan untuk hidup karena ada anggapan bahwa pendidikan berfungsi sebagai alat dan sebagai pembaharuan hidup. Menurutnya hidup adalah a self renewing process through action upon environment. Dalam pemenuhan kebutuhan tersebut terjadi interaksi antara individu dengan lingkungannya. Adanya kelangsungan hidup karena adanya adaptasi. Kehidupan masyarakat tumbuh melalui proses transmisi seperti kehidupan biologis yang berlangsung melalui perantara atau alat komunikasi dalam bertindak, berpikir, dan merasakan dari yang lebih tua dengan yang muda. Maka untuk kelangsungan hidup diperlukan suatu usaha untuk mendidik anggota masyarakat agar nantinya pemenuhan kebutuhan tersebut akan terus berlangsung. Renewal of life tidak berlangsung secara otomatis tetapi tergantung pada banyak factor seperti teknologi, seni, ilmu dan perwujudan moral kemanusiaan.
  1. Pendidikan sebagai pertumbuhan.
Pertumbuhan merupakan suatu perubahan tindakan yang berlangsung terus menerus untuk mencapai suatu hasil selanjutnya. Pertumbuhan terjadi karena adanya kebelummatangan. Dalam kebelummatangan tersebut anak memiliki kapasitas pertumbuhan potensi, yaitu kapasitas yang dapat tumbuh menjadi sesuatu yang berlainan, karena pengaruh yang datang dari luar. Cirinya adalah adanya ketergantungan dan plastisitas anak. Kekuatan untuk tumbuh tergantung pada kebutuhan atau ketergantungan anak terhadap orang lain. Ketergantungan tersebut haruslah dilihat sebagai pertumbuhan yang tersembunyi yang belum diolah. Fisik yang lemah diartikan sebagai suatu kebelummampuan dalam meniru lingkungan. Pertumbuhan merupakan karakteristik dari hidup, sedangkan pendidikan adalah hidup itu sendiri dan pertumbuhan itu sendiri.
  1. Pendidikan sebagai fungsi sosial
Kelangsungan hidup terjadi karena adanya self renewal yang terjadi karena pertumbuhan. Lingkungan merupakan syarat bagi pertumbuhan dan fungsi pendidikan merupakan a process of leading and bringing up. Pendidikan merupakan cara yang ditempuh masyarakat dalam membimbing anak yang belum matang menurut bentuk susunan sosial sendiri. Setiap tindakan anak selalu berhubungan dengan lingkungan dan dengan yang lainnya. Sekolah sebagai fungsi social mempunyai fungsi sebagai berikut 1) menyederhanakan dan menertibkan faktor-faktor bawaan yang dibutuhkan untuk berkembang, 2) memurnikan dan mengidealkan kebiasaan masyarakat yang ada, 3) menciptakan suatu lingkungan yang lebih luas, dan lebih baik daripada yang diciptakan anak tersebut dan menjadi milik mereka untuk dikembangkan.

0 Comments:

Post a Comment