Senin, 19 April 2010

Pencemaran Arsenic ancam sumber air tanah di Sumatera.


Indonesia pantas waspada akan kajian riset ilmu kebumian yang dipublikasikan dalam journal Nature Geoscience terbaru yang mengungkap bahwa kawasan pantai Timur Sumatera ternyata tergolong sebagai titik panas berbahaya: “hotspots” daerah dengan kualitas sumber air tanahnya rawan tercemar arsenic. 
Kajian Michael Berg dkk peneliti institusi Swiss Federal Institute of Aquatic Science and Technology di Dubendor, Swiss berpatokan atas dasar data model geologi digital pada kawasan Asia Tenggara yang memuat karakteristik geologis dan kimia tanah menyimpulkan terdapatnya sejumlah area di Asia Tenggara yang rawan tercemar “arsenic contaminations”, yakni: 
-1- Kawasan delta sungai Irrawady di Myanmar yang baru saja mengalami kerusakkan parah terlanda bencana badai cyclone
-2- Kawasan sepanjang pantai Timur Sumatera di Indonesia seluas 100.000 km persegi. 
-3- Area cekungan sungai Chao Phraya di Thailand. 

Selama ini khalayak hanya mengetahui bahwa bencana pencemaran arsenic terparah tengah berlangsung melanda kawasan pemukiman padat dan miskin di Bangladesh, dimana ratusan penduduk tengah mengalami dampak minum air tanah tercemar arsenic, yakni menderita penyakit kanker paru-paru, kanker perut serta kanker kulit. Padahal sesungguhnya ancaman pencemaran arsenic pada sumber air minum merupakan ancaman global terhadap 70 negeri di seluruh dunia dengan penduduk sejumlah total 137 juta jiwa. 
Racun arsenic yang sama sekali tanpa rasa maupun bau tertentu dapat mencemar sumber daya air tanah baik secara alami maupun dampak pencemaran industri yang abai akan praktek ramah lingkungan. Apabila arsenic tertelan cukup dengan dosis yang rendah sekalipun terbukti akan menimbulkan serangan bermacam penyakit kanker, gangguan pada jantung, serta problem kulit. Ancaman arsenic ini menjadi ancaman yang serius terutama terhadap penduduk di negara-negara miskin dimana sumber daya ekonomis negara lebih terbatas untuk dapat melaksanakan upaya penanggulangan ancaman. 

Kalangan ilmuwan sejauh ini berpandangan bahwa kawasan yang rawan berpotensi tinggi terancam cemaran arsenic yakni daerah dengan cirian karakteristik geologis, yakni kawasan dengan lapisan tanah yang kaya akan sedimen organik / humus yang mengandung komposisi tanah liat berlumpur : 
“organic-rich sediment containing silt and clay have a higher likelihood of arsenic contamination”.
Atas temuan Berg dkk seperti di atas, ilmuwan berkeahlian geokimia Lex van Geen, asal Universitas Columbia pada Lamont-Doherty Earth Observatory di AS yang aktif berkiprah langsung meneliti kasus pencemaran arsenic di Bangladesh mewanti-wantikan, bahwa model digital tidaklah dapat mengidentifikasi kondisi buruk-baik kualitas air yang berada dalam area yang berada jauh di kedalaman. Pada prinsipnya penggunaan pemetaan model digital atas kondisi permukaan geologis pada suatu wilayah akan terbatas untuk dapat memprakirakan suatu kondisi atau tatanan geologis yang menunjukkan terdapatnya cemaran arsenic berkonsentrasi tinggi yang meresap pada air tanah dangkal : shallow ground water. Walau bagaimana pun peneliti Lex van Geen menghargai adanya riset terhadap kawasan wilayah di Asia Tenggara yang selama ini belum cukup intensif terliput riset perihal “arsenic water contaminations”.

0 Comments:

Post a Comment